Museum MACAN telah menjadi sebuah galeri seni yang unik yang terletak di Jakarta. Museum ini memberikan pengalaman yang menyegarkan bagi pecinta seni yang ingin menikmati karya seni modern dan baru. Saat ini, Museum MACAN telah menjadi salah satu tujuan wisata yang populer di kalangan beragam.
Namun, tidak semua orang mengetahui sejarah berdirinya museum ini, siapa yang memulainya, kegiatan apa yang tersedia di sana, dan biaya masuknya. Bagi mereka yang tertarik untuk mengunjungi tempat wisata ini, penting untuk mengetahui semua informasi yang tersedia.
Table of Contents
ToggleSejarah Museum MACAN
Museum MACAN, yang terletak di Jalan Panjang, Kebun Jeruk, Jakarta Barat, dibuka untuk umum pada tanggal 4 November 2017 dan segera menjadi perbincangan hangat di media sosial. Salah satu alasan utama kepopuleran museum ini adalah karena koleksi karya seninya yang menarik.
Berbeda dengan sebagian besar museum lain di Indonesia, MACAN menampilkan karya seni yang modern dan sesuai dengan tren zaman. Ide untuk mendirikan galeri seni kontemporer ini berasal dari pengusaha Haryanto Adikoesoemo.
Haryanto, yang telah menyelesaikan pendidikan di University of Bradford, sebelumnya bekerja di perusahaan AKR Corporindo dan menjabat sebagai Presiden Direktur sejak tahun 1992. Ia dikenal sebagai kolektor seni yang memiliki ratusan karya seni lokal maupun internasional, dan pernah masuk dalam daftar Top 200 Collector di situs ARTnews.
Namun, Haryanto tidak berjuang sendirian dalam mewujudkan ambisinya untuk mengedukasi masyarakat tentang seni kontemporer dari berbagai belahan dunia. Ia dibantu oleh putrinya, Fenessa Adikoesoemo, yang saat ini menjabat sebagai ketua, serta Aaron Seto yang telah lama menjadi kurator seni.
Seiring dengan pengalamannya sebagai Direktur 4A Centre for Contemporary Asian Art di Australia, Aaron juga diangkat sebagai Direktur di Museum MACAN. Fenessa, putri Haryanto, memiliki ketertarikan yang kuat dalam seni.
Awalnya ia bekerja paruh waktu sebagai staf museum di Melbourne, Australia, yang kemudian menjadi landasan bagi keterlibatannya dalam manajemen museum yang didirikan oleh ayahnya. Museum ini, yang menjadi rumah bagi kreativitas seniman dari berbagai budaya, memiliki luas 7.100 meter persegi.
Sejalan dengan misinya untuk mendukung pertukaran budaya, area tersebut juga mencakup ruang konservasi dan edukasi. Museum ini dibuka dengan pameran bertema “Seni Berubah, Dunia Berubah”, yang disebut juga sebagai “Art Turns. World Turns.”.
Dalam tema pertama museum tersebut, pengunjung dapat menikmati koleksi pribadi Haryanto Adikoesoemo yang telah mengumpulkan sebanyak 800 karya seni sepanjang hidupnya. Acara tersebut tidak hanya merupakan perkenalan awal, tetapi juga menjadi momen penobatan Museum MACAN sebagai museum kontemporer pertama di Indonesia.
Pameran ini memamerkan 90 karya seni dari dalam dan luar negeri dengan tujuan untuk menggali sejarah seni Indonesia dan internasional. Penjelajahan sejarah ini tercermin dari karya-karya yang meliputi periode akhir kolonial, periode kemerdekaan, era reformasi, hingga masa kini.
Karya seniman seperti Raden Saleh, A. Kristiandana, FX Harsono, Mark Rothko, dan lainnya ditampilkan dalam pameran perdana Museum MACAN. Pameran ini berlangsung selama lebih dari 4 bulan dan berhasil mencetak rekor kunjungan dengan jumlah pengunjung yang mencapai ribuan.
Melalui kolaborasi dengan kurator Charles Esche dan Agung Hujatnika, pameran tersebut berhasil menarik minat sebanyak 9.000 pengunjung hanya dalam waktu 3 bulan. Selain menjadi museum pertama yang menampilkan karya seni kontemporer, Museum MACAN juga menarik perhatian karena pamerannya selalu berkembang dan instalasi yang disajikan menjadi latar belakang foto yang estetis untuk para pengunjung.
Baca Juga: Museum Fatahillah
Daya Tarik Museum MACAN
Dikenal sebagai salah satu destinasi wisata terkemuka menurut majalah TIME, debut pameran museum ini menampilkan karya-karya yang telah memenangkan pengakuan global, termasuk instalasi yang pernah dikunjungi oleh Katy Perry.
Salah satu sorotan dari pameran ini adalah Infinity Mirrored Room karya Yayoi Kusama, yang memberikan pengalaman visual yang memikat dengan kaca-kaca yang menciptakan ilusi yang mempesona di dalam ruangan yang dipenuhi cahaya warna-warni.
Pameran juga menampilkan tema lain yang menarik, yaitu Life is The Heart of A Rainbow, yang memamerkan lukisan-lukisan khas Yayoi, ruang putih, dan polkadot. Museum ini juga telah menjadi tuan rumah bagi pameran karya seniman Jepang terkemuka lainnya.
Sebagai satu-satunya galeri di Asia Tenggara yang menampilkan pameran perdana Chiharu Soita, museum ini memiliki karya-karya yang menakjubkan dengan tema The Soul Trembles, yang mencakup dominasi warna-warna merah, putih, dan hitam dalam karya-karya yang terbuat dari benang, serta instalasi menarik lainnya yang menggunakan bingkai jendela tua dan koper.
Semua karya yang dipamerkan di museum ini membawa pengunjung ke dunia alam mimpi dan ingatan yang menakjubkan. Pameran lainnya juga telah diadakan dengan tema Somewhere, Elsewhere, Nowhere, yang dibuat oleh Isabel dan Alfredo Aquilizan, yang menggunakan bahan-bahan sederhana seperti sandal jepit, kardus, dan sikat gigi.
Nama-nama instalasinya, seperti Di Sini, Di Sana, Di Mana-Mana dan Belok Kiri Jalan Terus, memberikan nuansa “antik” yang unik pada pameran tersebut. Pameran yang diberi tema Ghost Nets: Awakening the Drifting Giants, yang dipresentasikan oleh seniman Australia, menggunakan bahan-bahan sederhana, yaitu sampah jaring nelayan, untuk menciptakan karya-karya yang menggambarkan bentuk hewan laut.
Tiap-tiap pameran ini hanya berlangsung dalam jangka waktu tertentu. Oleh karena itu, bagi mereka yang berminat untuk mengunjungi pameran ini, disarankan untuk secara rutin memantau informasi terbaru yang tersedia di situs resmi, serta melalui akun @museummacan di TikTok, Instagram, dan akun Museum Macan di aplikasi Facebook.
Berdasarkan informasi terbaru yang penulis temukan di situs web mereka, pameran Voice Against Reason akan segera diadakan. Pameran ini mengangkat berbagai isu sejarah, politik, dan geografi dari perspektif seniman kontemporer.
Kolaborasi antara kurator Putra Hidayatullah dan Rizki Lazuardi ini akan menampilkan puluhan karya seni dari berbagai negara, termasuk Australia, Indonesia, Jepang, Singapura, Thailand, Taiwan, dan Vietnam.
Harga Tiket Masuk Museum MACAN dan Cara Belinya
Anda memiliki opsi untuk menjadi anggota museum dengan membayar biaya keanggotaan sebesar Rp300 ribu. Keuntungan dari keanggotaan ini meliputi:
– Akses gratis ke galeri selama satu tahun penuh.
– Jalur masuk khusus bagi anggota.
– Teman yang ikut bersama Anda akan mendapat diskon tiket sebesar 10%.
– Diskon sebesar 10% untuk workshop atau program tertentu.
– Diskon sebesar 10% untuk pembelian merchandise di toko museum.
– Diskon untuk ekshibisi spesial.
– Mendapatkan informasi terkini tentang acara-acara hingga penawaran khusus.
Jika Anda tidak tertarik untuk menjadi anggota, maka Anda dapat membeli tiket secara online melalui situs resmi. Prosedurnya cukup mudah. Anda cukup mengunjungi website museummacan.org, lalu pilih menu Tiket.
Selanjutnya, pilih pameran yang ingin Anda kunjungi dan jawab pertanyaan yang disediakan, termasuk pertanyaan mengenai keanggotaan museum, hari dan waktu kunjungan, diskon anggota, dan jumlah tiket yang dibutuhkan.
Setelah itu, Anda hanya perlu mengisi data diri seperti nama depan, nama keluarga, serta nomor kontak. Terakhir, pilih metode pembayaran tiket dan ikuti instruksi yang dikirimkan melalui email.
Perlu dicatat bahwa galeri ini buka dari hari Selasa hingga Minggu, dan Anda dapat memesan tiket hingga satu minggu sebelum kunjungan ke museum. Saat ini, waktu kunjungan terbagi dalam 3 sesi, yaitu:
- Jam 10.00-12.00 WIB.
2. Jam 12.00-14.00 WIB.
3. Jam 14.00-16.00 WIB.
Anda hanya dapat membeli maksimal 4 tiket dengan harga yang telah ditentukan.
Hari Kerja:
Dewasa: Rp70.000
Pelajar atau lansia (65 tahun ke atas): Rp63.000
Anak (3-12 tahun): Rp56.000
Anak di bawah 3 tahun: Gratis
Akhir Pekan:
Dewasa: Rp90.000
Pelajar atau lansia (65 tahun ke atas): Rp81.000
Anak (3-12 tahun): Rp72.000
Anak di bawah 3 tahun: Gratis
Anda memiliki opsi untuk membeli tiket secara langsung di museum. Namun, perlu diingat bahwa tiket terbatas dan antrean bisa sangat panjang pada akhir pekan.
Museum MACAN merupakan destinasi wisata yang cocok bagi para penggemar seni. Galeri ini menampilkan berbagai karya seni yang modern dan menarik, dengan tema yang dapat berubah sesuai dengan waktu.
Berawal dari gagasan seorang kolektor, galeri ini telah menjalin kerjasama dengan banyak seniman terkenal untuk menampilkan karya seni kontemporer dari Indonesia maupun luar negeri.
Jika Anda berencana untuk mengunjungi museum ini, pastikan untuk memahami aturan yang berlaku dan pastikan Anda telah membeli tiket melalui situs museummacan.org.
Aturan yang Harus Dipatuhi Pengunjung Museum MACAN
Sebelum membeli tiket masuk ke museum, disarankan untuk memahami beberapa peraturan yang telah ditetapkan oleh pengelola:
- Tidak diizinkan membawa kamera digital, analog, tripod, atau tongkat selfie.
2. Dilarang menggunakan fitur flash pada smartphone.
3. Tidak diperkenankan untuk meraba atau menyentuh karya seni yang dipajang di dalam museum.
4. Tidak diizinkan membawa hewan peliharaan saat mengunjungi galeri.
5. Tas yang berukuran lebih besar dari kertas A4 harus dititipkan di tempat yang telah disediakan.
6. Dilarang membawa koper.
7. Pengunjung diperbolehkan membawa buku gambar dan tablet elektronik ke dalam museum.
8. Terkait dengan aturan sebelumnya, tidak diperkenankan membawa cat air, spidol, atau benda lain yang dapat merusak karya seni.
9. Tetap menjaga ketertiban di setiap area museum, baik di galeri, area publik, toko merchandise MACAN, maupun kafe.
Sekianlah informasi yang bisa kami sampaikan mengenai museum MACAN. Semoga jalan-jalan Anda di Jakarta menyenangkan. Agar jalan-jalan Anda di Jakarta semakin menyenankan dan nyaman, sewa Hiace saja di jasa terbaik untuk Sewa Hiace Jakarta bersama Skycity Trans!