Jika Anda adalah penggemar wayang, Museum Wayang Jakarta bisa menjadi tempat yang tepat untuk melihat koleksi wayang dari berbagai daerah di Indonesia. Museum ini menyimpan berbagai koleksi yang berkaitan dengan pembuatan dan pertunjukan wayang.
Beragam koleksi wayang dapat ditemukan di museum yang terletak di Jalan Pintu Besar Utara No. 27, Jakarta Barat ini. Wayang-wayang yang sudah dikenal masyarakat seperti wayang kulit, golek, potehi, beber, wayang kardus, wayang rumput, wayang kaca, serta patung wayang menjadi bagian dari koleksi museum ini.
Koleksi museum meliputi wayang dari Tiongkok, wayang revolusi khas Betawi, serta patung Semar. Selain itu, museum ini juga memiliki prasasti Jan Pieterszoon Coen dan satu set gamelan. Selain wayang, museum ini memiliki koleksi topeng dari seluruh Indonesia.
Tidak hanya menampilkan koleksi dari dalam negeri, museum ini juga memamerkan wayang dari negara asing seperti Suriname, China, dan Thailand. Total koleksi wayang di museum ini mencapai 6000 buah. Koleksi wayang tertua di museum ini adalah wayang intan yang dibuat pada tahun 1870 oleh Ki Guna Kerti Wanda.
Selain memamerkan koleksi wayang, topeng, patung, dan alat musik tradisional, museum wayang juga menyelenggarakan berbagai acara pendukung. Salah satunya adalah pagelaran wayang yang rutin diadakan empat kali dalam sebulan untuk menarik minat pengunjung agar lebih mengenal seni wayang.
Selain itu, terdapat Festival Wayang Indonesia yang diadakan setiap tahun sejak 2006. Museum Wayang Jakarta diresmikan oleh Gubernur Jakarta, Ali Sadikin, pada 13 Agustus 1975. Lokasi museum ini pernah berpindah, dari sisi timur Museum Sejarah Jakarta (Museum Fatahillah) ke sisi barat.
Meskipun menempati gedung tua yang berusia ratusan tahun, tampilan interior museum telah diperbarui untuk menghilangkan kesan suram dan menarik minat pengunjung.
Table of Contents
ToggleSejarah Museum Wayang Jakarta
Dikutip dari situs resmi Dinas Kebudayaan DKI Jakarta, Museum Wayang Jakarta awalnya merupakan sebuah gereja yang didirikan oleh kelompok kolonial Belanda VOC pada tahun 1640.
Awalnya, bangunan tersebut dikenal sebagai “de oude Hollandsche Kerk”. Pada tahun 1733, gereja tersebut mengalami renovasi dan berganti nama menjadi “de nieuwe Hollandsche Kerk”.
Setelah itu, bangunan ini dialihfungsikan menjadi gudang milik perusahaan Geo Wehry & Co pada tahun 1912, sebelum akhirnya pada tanggal 14 Agustus 1936, diresmikan sebagai monumen.
Kemudian, bangunan ini dibeli oleh Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen, sebuah lembaga yang bertanggung jawab atas penelitian di bidang seni dan ilmu pengetahuan.
Sebelum menjadi museum wayang, bangunan ini sebelumnya telah berfungsi sebagai museum yang dikenal dengan nama “de oude Bataviasche Museum” atau Museum Batavia Lama pada tahun 1937.
Kemudian, pada tahun 1957, bangunan tersebut dialihkan ke Lembaga Kebudayaan Indonesia (LKI), dan sejak saat itu namanya diubah menjadi Museum Jakarta Lama.
LKI kemudian menyerahkan kepemilikan bangunan ini kepada Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, dan akhirnya pada tanggal 23 Juni 1968, oleh Direktorat Jenderal Kebudayaan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan, bangunan museum ini diserahkan kepada Pemerintah DKI Jakarta.
Baca Juga: Menelusuri Keindahan Masjid Istiqlal
Interior Gedung Museum Wayang Jakarta
Bangunan Museum Wayang Jakarta awalnya dirancang oleh arsitek Belanda di Indonesia, Ed Cuypers dan Hulswit, yang terkenal dengan arsitektur kolonial. Menurut informasi dari situs Sistem Registrasi Cagar Budaya, struktur ini diatur dalam gaya Eropa tertutup dengan sentuhan Neo-Renaisans.
Gedung museum, yang terdiri dari dua lantai, memiliki bentuk persegi panjang, atap perisai yang panjang, dan dinding bata yang dilapisi spesi serta dicat. Bangunan ini memiliki fasad yang terutama terdiri dari dinding kayu dengan jendela dan pintu yang terbuka.
Di fasad dinding, terdapat ornamen bergaya art deco. Pintu masuk museum terdiri dari dua pintu bersebelahan yang dibentuk dalam konstruksi dinding segitiga atau setengah yang sering disebut sebagai tympanum, dengan kanopi di atasnya.
Koleksi di Dalam Museum Wayang Jakarta
Museum Wayang Jakarta memiliki koleksi lebih dari 4.000 wayang yang beragam, termasuk wayang kulit, wayang golek, wayang kardus, wayang rumput, wayang janur, topeng, boneka, wayang beber, dan gamelan. Selain dari Indonesia, museum ini juga menampilkan koleksi wayang dari luar negeri.
Di lantai pertama, pengunjung dapat menemukan berbagai jenis wayang tradisional Indonesia seperti Wayang Orang dan Ondel-Ondel. Selain itu, di lantai tersebut juga terdapat makam Jan Pieterszoon Coen, yang merupakan Gubernur-Jendral Hindia-Belanda keempat dan keenam.
Sementara di lantai dua, pengunjung dapat menemukan boneka tradisional dari berbagai negara seperti Inggris, Rusia, Polandia, Thailand, dan lainnya.
Lokasi, Jam Operasional dan Harga Tiket Museum Wayang Jakarta
Museum Wayang Jakarta, yang terletak di Kawasan Kota Tua Jakarta, merupakan salah satu museum yang paling diminati di Jakarta. Museum ini berada di alamat Jalan Pintu Besar Utara Nomor 27, Pinangsia, Kota Tua, Jakarta Barat.
Jadwal operasional Museum Wayang Jakarta adalah dari hari Selasa hingga Minggu, mulai pukul 09.00 hingga 17.00 WIB. Untuk masuk, pengunjung hanya perlu membayar Rp 5.000 per orang dewasa. Tarif khusus berlaku bagi pelajar, yakni Rp 3.000, dan untuk anak-anak Rp 2.000 per anak.
Di samping mengagumi karya seni wayang, pengunjung juga dapat menikmati pertunjukan wayang yang dipandu oleh dalang profesional. Pertunjukan ini biasanya dilakukan setiap hari Minggu mulai pukul 10.00 WIB.
Sekianlah penjelasan kami mengenai Museum Wayang Jakarta yang terletak di Kawasan Kota Tua Jakarta. Tertarik menjelajahi pesona keindahan Jakarta lainnya? Jangan ragu untuk sewa hiace bersama jasa Sewa Hiace Jakarta saja di Skycity Trans!